NAMA : DILEAN DWI NOVARI MAHKS
NIM : 125120207111021
ANALISIS JURNAL
BOWATER INCORPORATED - A LESSON IN CRISIS
COMMUNICATION
Pabrik Bowater sebagai sumber utama
dalam pengeluaran kabut tebal yang membuat keresahan masyarakat sekitar akan
kabut tebal tersebut. Hal ini juga menjadikan pabrik Bowater mengalami krisis
manajemen. Pihak Bowater pada saat itu tidak mengambil tindakan pada persoalan
tersebut. Padahal masayarakat pada waktu itu sudah menyampaikan
keluhan-keluhannya kepada pihak Bowater melalui media, tetapi Bowater sendiri
tidak peduli atas keluhan yang ada.
Hal ini mengakibatkan kecelakaan
mobil yang menabrak sebuah traktor di sekitar pabrik yang dikarenakan muculnya
asap kabut tebal yang menyelimuti jalanan disekitar Pabrik. Kasus tersebut membuat
krisis perushaan yang menyangkut citra perusahaan tersebut. Kredibilitas
Bowater dipertanyaakan karena adanya permasalahan asap tersebut serta krisis
yang telah menimpanya. Kejadian ini seharusnya dapat Bowater hadapi dengan cara
berterus terang kepada media dan juga perusahaan berusaha untuk mengandalkan
media relations serta praktisi PR atau juru bicara yang handal untuk mendukung
perusahaan Bowater tersebut.
Kasus Pertama dari aspek “dampak” yang
terjadi pada perusahaan Bowater merupakan termasuk defensive issue. Defensive
issue menurut Kriyantono (2012:158) merupakan isu-isu yang memebuat
cenderung memunculkan ancaman terhadap organisasi, karenanya organisasi harus
mempertahankan diri agar tidak mengalami kerugian reputasi. Permasalahan yang
sangat tampak terlihat oleh informasi yang diberikan oleh Sheil (Juru bicara
Bowater) dari timbulnya permasalahan sampai ke titik krisis. Pihak media
berusaha untuk mencari informasi yang ada dengan lengkap untuk disampaikan
kepada masayarakat.
Hal ini, Media dapat memanfaatkan
isu – isu internal perusahaan pada Bowater. Sedangkan, pada pihak Bowater
berusaha mencari informasi untuk menanggulangi krisis yang dialami Bowater.
Jadi, media dan perusahaan Bowater sama saling mencari informasi, hanya dalam
pencariannya berbeda, media lebih ke internal perusahaan Bowater, sedangkan
Bowater sendiri lebih menganalisis
mencari informasi untuk menaikan reputasi perusahaan.
Kasus kedua dari aspek “Keluasan
Isu” Kriyantono (2012:158). Sistem
komunikasi yang terdapat pada internal perusahaan telah kehilangan keseimbangan
yang dikarenakan krisis pada perusahaan Bowater yang pada saat itu mengalami dilemma akan informasi yang masuk dari
berbagai media. Informasi yang diterima oleh perusahaanpun sangat
dipertimbangkan kebenarannya, komunikasi internal juga terganggu karena pihak
Bowater tidak mengetahui informasi yang pasti dari pihak media. Isu-isu yang
dapat di analisis dari kasus kedua ini adalah Isu advokasi yang merupakan
isu-isu yang tidak mempengaruhi sebanyak orang seperti isu universal. Isu ini
muncul karena disebarkan kelompok tertentu yang mengaku representasi
kepentingan public (Kriyantono, 2012;158).
Kasus ketiga, Faktor emsoi dan
komunikasi krisis memang sangat mencolok pada saat perusahaan mengalami krisis,
hal ini harus diantisipasi karena berkaitan dengan fisik. Hal itu membuat pihak
Bowater harus menjalankan manajemen isu dengan baik untuk mengatasi permasalah
tersebut serta menjaga reputasi perusahaan. Perusahaan sama halnya dengan suatu
organisasi yang tidak dengan mudahnya dapat diprovokasi oleh media dan publik.
Hal ini perlu diperhatikan bahwa Bowater ketika menerapkan manajemen isu,
organisasi mesti komitmen menganggap publik sebagai mitra mereka (Kriyantono,
2012:58). Jika perusahaan mengalami krisis, perusahaan menerima provokasi tanpa
harus mengetahui dari siapa provokasi tersebut. Publik Eskternal maupun
Internal semua dapat memprovokasi perushaan yang akan berkaitan dengan fisik
individu jika tidak diantisipasi dengan manajemen isu perushaan.
Keempat, Komunikasi antar pribadi
dan komunikasi media yang dialami Bowater juga berdampak pada karyawanya, jika
karyawan mengalami permasalahan didalam internal perusahaan, hal itu dapat
menjadi pemberitaan di media yang kebenarannya belum tentu dapat dipertanggungjawabkan.
Jika dikaitkan dengan tahapan-tahapan isu, yaitu tahap Origin (Potential Stage) yang merupakan
seseorang atau kelompok mengekspresikan perhatiannya pada isu dan memberikan
opini (Kriyantono, 2012 : 159). Dimana karyawan didalam perusahaan Bowater ini
memberikan opini mengenai permasalahan yang sedang terjadi di Bowater, kemudian
mereka saling bertukar opini dan melakukan tindakan (action) untuk menjaga reputasi Bowater serta menangani isu yang
terjadi terhadap Bowater.
Praktisi PR pada saat itu tidak bias
bekerjasam terhadap karyawannya karena tidak proaktif serta tidak memonitoring
karyawannya. Kemudian pada tahap Mediation
dan Amplification (Imminent
stage/emerging), adanya dukungan dari publik, dan juga beberapa kelompok
yang mendukung, seperti media yang memperoleh masalah informasi terhadap
Bowater. Tahap selanjutnya yaitu tahap Resolution (dormant stage) pada tahap ini pada dasarnya organisasi dapat
mengatasi isu dengan baik (setidaknya, public puas karena pertanyaan-pertanyaan
sepputar isu, dapar terjawab, pemberitaan media mulai menurun, perhatian
masyarakat juga menurun, salah satu karena berjalannya waktu, ada solusi dari
organisasi atau pemerintah) (Kriyantono , 2012:161). organisasi dapat
beradaptasi dengan lingkungan dan dapat menanggapi solusi yang tepat dalam
menangani permasalahan perusahaan.
Kelima, Keterkaitan media dengan
masyarakat mengalami peningkatan untuk mendapatkan sebuah informasi, Bahan
pemberitaan media tentang krisis Bowater menjadi persuasive publik untuk
mengetahui informasi lebih lanjut tentang Bowater tersebut. Mulai dari awal
hingga akhir krisis, memiliki daya jual informasi yang tinggi, oleh karena itu
masyarakat juga berusaha mencari cara untuk mendapatkan informasi tersebut dari
media.
Kesimpulan yang didapat dari
pembelajaran krisis manajemen yang dialami Bowater. Perushaan seharusnya harus
mampu menangani arus informasi yang berkembang diberbagai media dengan melalui
Public Relations. Karena peran PR dalam menjalin hubungan dengan media
seharusnya harus dapat mengoptimalisasikan media relations dengan cara
meyakinkan dengan menjawab semua pertanyaan yang ada, karena didalam media
relation itu semua informasi tersebar luaskan dan akan disampaikan kepada
masayarakat. Maka dari itu kasus seperti inilah yang dapat menentukan
langkah-langkah seorang PR untuk belajar dalam memilah informasi yang lebih
baik lagi, agar citra serta reputasi perusahaan dapat terjaga dan berkembang.
DAFTAR PUSTAKA :
Kriyantono, Rachmat.
(2012). Public Relation & Crisis
Management: Pendekatan Critical Public Relations, Etnografi kritis, dan
Kualitatif, Jakarta: Prenada Media Group
Tidak ada komentar:
Posting Komentar