Halaman

Welcome to the Blog of Dilean Mahks

Rabu, 18 Maret 2015

CASE STUDY-ISSUES MANAGEMENT: ARLA PRODUCT BOYCOTT IN THE MIDDLE EAST

NAMA           : DILEAN DWI NOVARI MAHKS
NIM                : 125120207111021
ANALISIS JURNAL

CASE STUDY-ISSUES MANAGEMENT:
ARLA PRODUCT BOYCOTT IN THE MIDDLE EAST

Pemberitaan melalui surat kabar Denmark Jyllands-Posten, memunculkan suatu permasalahan terhadap perusahaan Arla. Perusahaan Arla melakukan penghujatan kepada umat islam dimana Arla memuat 12 kartun editorial yang menggambarkan nabi Muhammad kedalam media, karena segmen pasar mereka adalah wilayah Negara umat beragama islam, maka umat islam tersebut tidak terima dengan terbitan media tersebut.
Beberapa surat kabar lainnya yang mengatakan bahwa kartun yang menggambarkan nabi Muhammad tersebut merupakan kontribusi terhadap perdebatan kritik islam, anatara lain seperti surat kabar besar Eropa di Belanda, Jerman, Norwegia, dan Perancis. Maka dari itu hal tersebut membuat umat islam se-dunia melakukan aksi protes dengan membakar gedung-gedung kedutaan di Denmark dan Norwegia tepatnya di Damaskus dan Beirut, dan penyerbuan oleh orang-orang bersenjata di sebuah gedung Uni Eropa di kota Gaza, hal tersebut dilakukan untuk permintaan maaf Norwegia dan Denmark terhadap umat islam.
Aksi selanjutnya yang dilakukan oleh Negara mayoritas muslim adalah meminta pertemuan dengan perdana menteri Denmark, Anders Fogh Rasmussen untuk membahas publikasi yang terjadi padaa saat ini. Perdana menteri Denmark menganggap pers tidak mempengaruhi apapun dan lebih memilih untuk tidak meminta maaf kepada yang bersangkutan, melainkan berpidato membicarakan tentang pembicaraan yang tidak ada sangkut pautnya dengan permasalahan yang sedang dirundingkan.
Tokoh politik dan agama Arab Saudi menuntut boikot produk Denmark pada tanggal 20 Januari 2006. Perusahaan Arla dengan tanggapnya memberitakan dalam surat kabar milik Denmark (Jullands-Posten) yang isinya menyinggung rasa takut karena kemarahan dalam satu lembar penuh surat kabar. Arla tidak membantu sama sekali dalam usaha penanganan permasalahan perusahaannya dan tindakan tersebutpun diakui oleh perusahaan Arla tersebut.
Pada tanggal 27 Januari, telah diadakannya Konfederasi Industri Denmark menyuruh Jyllands-Posten untuk mencetak lembar meminta maaf kepada pihak yang bersangkutan tentang permsalahan gambar, lalu mereka baru menerbitkan kerjanya pada tanggal 31 Januri. Akan tetapi terjadi perselisishan dua kubu karena pemerintahan Denmark yang tidak dapat meminta maaf atas nama Koran Denmark, hal ini diperkirakaan untuk jadi pencitraan pada pemerintahan Denmark saja, dengan cara yang seperti ini tampak jelas bahwa pemerintah tidak bertanggungjawab dan berkuasa penuh mengenai rakyatnya.
Perusahaan Arla mengatakan produknya di boikot total dibagian Timur Tengah, semua pelanggan serentak membatalkan pesanan mereka. Dengan jumlah awal sebanyak 800 pekerja di Riyadh 100 pekerja. Denmark kehilangan export 16 miliar yang termasuk dalam jumlah yang cukup besar, Menurut Chief Arla Finn Hansen, bisnis di Timur Tengah  mereka bangun sekitar 40 tahun, dan menghilang dalam 5 hari, Pada bulan Maret perusahaan Arla memperkirakan akibat boikot akan mencapai US$ 64 juta. Arla juga menegaskan bahwa tentang komitmennya, dimana pihak perusahaan dipercayai bahwa masa depan Arla berada di Negara Timur Tengah, dengan segera Arla memulai pemasaran ulang produk di Timur tengah dengan memenuhi surat kabar Arab melalaui iklan.
Di bulan April, produk Arla mulai dimasukkan kembali dan dipasarkan di berbagai took di daerah Timur Tengah. Hal ini dilakukan Arla dengan cara memberi produk dengan disertai perencanaan mengenai kegiatan sponsor kemanusiaan di wilayah Timur Tengah. Perusahaan akan melihat pencabutan boikot Timur Tengah melalui penghapusan produk.
Sesuatu yang dapat dipelajari dalam hal ini adalah bahwa pemboikotan produk perusahaan didalam sebuah negeri dapat memberikan dampak yang besar bagi Negara. Begitupun dengan pemasaran produk – produk di Negara muslim yang cukup signifikan dapat menentukan perekonomian suatu Negara, seperti Denmark.
Jika dianalisis dengan Perencanaan Isu (Issu plan) atau manajemen isu, menurut Kriyantono (2012, h. 182) Langkah terbaik mengatasi krisis adalah membuat sebuah rencana antisipasi krisis. Bahwa perusahaan Arla harus selalau memonitoring isu agar jika terdapat isu perusahaan maka dapat ditangani dengan cepat serta agar tidak memicu amarah publik yang meluas.

Menurut Kriyantono (2012, h. 174) menjelaskan bahwa krisis mempunyai beberapa karakteristik. Karakteristik tersebut dapat dijadikan alat untuk membedakan antara krisis dengan isu. Jika dikaitkan dengan permasalahan-permasalahan perusahaan Arla dapat dikategorika dalam sebuah karakteristik krisis.
1.     Peristiwa yang spesifik (spesifik event)
Krisi yang menerpa perusahaan Arla terdapat pada produknya, sehingga melebar luas samapai ke permaslahan pemecatan (PHK) terhadap para karyawannya.
2.     Krisis bersifat tidak diharapkan  dan dapat terjadi setiap saat
Setiap perusahaan selalu memiliki potensi terjadinya krisis, yaitu krisis yang dapat mengancam publiknya, memang Arla pada saat itu tidak dapat menghindari krisisnya, karena krisis yang dialami Arla merupakan gangguan pada lingkungan social budaya dari bagian aktivitas perusahaan.
3.     Menimbulkan kepanikan
Perushaan Arla panic ketika tidak ada satupun yang mau menerima produk dari mereka dan Arla mengalami kerugian yang sangat drastis, karena hal tersebut pemboikotan terjadi dari public kepada perusahaan.
4.     Menimbulkan dampak bagi operasional organisasi
Pemerintah juga ikut serta dalam menangani permasalahan Arla, sehingga perusahaan tidak lagi produktif dan menimbulkan PHK kepada para karyawannya. Dampak yang ditimbulkan yaitu perusahaan mengalami penurunan profit karena tidak lakunya barang produk mereka dinegara islam yang menjadi target pemasaran utama.
5.     Berpotensi menimbulkan konflik
Media massa sangat berperan penting dalam pembentukkan opini public sehinngga media massa dapat mendominasi atau mengkonstruksi pemikiran masyarakat. Hal ini membuat Krisis perusahaan Arla menimbulkan pro dan kontra terhadap public, dimana pemberitaan dianggap rasis dan menghina umat islam.


Analisis selanjutnya adalah analisis Tahapan Krisis. Secara umum krisis berkembang melalui tiga tahap (Coombs, 2010; Devlin, 2007; Smudde, 2001). Krisis yang di alami perusahaan Arla memiliki tiga tahap krisis tersebut, antara lain :
·      Pra-krisis (pre-krisis)
Pra-krisis terjadi ketia media massa mengeluarkan cetakan produk Arla dengan menggambar nabi Muhammad, dan juga hal tersebut memunculkan Pemberontakan umat islam se-dunia yang dikarenakan penghujatan rasis dan telah menghina umat islam didaerah Timur Tengah melalui sasaran produknya.
·      Krisis (acute crisis)
Produk Arla didaerah Timur Tengah mengalami pemorosotan perushaan yang mengakibatkan PHK kepada karyawan, serta boikot produk perusahaan Arla di Timur Tengah mempengaruhi keadaan ekonomi di Denmark.
·      Pascakrisis
Pihak perusahaan menerangkan bahwa masa depan perusahaan berada di kawasan Timur Tengah, karena jika target segmentasi bukan didaerah Timur Tengah, Arla akan hancur dan juga perekonomian Negara ikut terpuruk, karena hal tersebut Perdana menteri Denmark mengajukan permintaan maafnya dan juga mengenai tidak bertanggungjawab atas pemberitaan Koran Denmark, karena terdapat campur tangan pemerintah didalamnya.

Oleh karena itu, kesimpulan yang dapat kita pelajari, yaitu kejadian boikot Arla bukan atas prakarsa pemerintah, tetapi seperti warga sendiri yang aktif melakukan pemboikotan, dan itu bukan hal yang asing dibenak kita, karena pembelian produk dinegara sendiri merupakan hak konsumen tersendiri. Menurut pendapat saya apa yang sudah dilakukan oleh Koran Denmark merupakan hal yang cukup untuk menghina umat islam, karena dengan adanya kasus gambar nabi Muhammad dalam keadaan terhina, serta dengan angkuhnya mereka tidak mau meminta maaf serta perlahan menghindari kebebasan media. Boikot merupakan salah satu cara penyerangan untuk menggertakan masyarkat yang bertindak melecehkan umat islam.

DAFTAR PUSTAKA


Kriyantono, Rachmat. (2012). Public Relation & Crisis Management: Pendekatan Critical Public Relations, Etnografi kritis, dan Kualitatif, Jakarta: Prenada Media Group 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar