NAMA : DILEAN DWI NOVARI MAHKS
NIM : 125120207111021
ANALISIS JURNAL
CASE STUDY-ISSUES MANAGEMENT:
ARLA PRODUCT BOYCOTT IN THE MIDDLE EAST
Pemberitaan
melalui surat kabar Denmark Jyllands-Posten, memunculkan suatu permasalahan
terhadap perusahaan Arla. Perusahaan Arla melakukan penghujatan kepada umat
islam dimana Arla memuat 12 kartun editorial yang menggambarkan nabi Muhammad
kedalam media, karena segmen pasar mereka adalah wilayah Negara umat beragama
islam, maka umat islam tersebut tidak terima dengan terbitan media tersebut.
Beberapa
surat kabar lainnya yang mengatakan bahwa kartun yang menggambarkan nabi
Muhammad tersebut merupakan kontribusi terhadap perdebatan kritik islam, anatara
lain seperti surat kabar besar Eropa di Belanda, Jerman, Norwegia, dan
Perancis. Maka dari itu hal tersebut membuat umat islam se-dunia melakukan aksi
protes dengan membakar gedung-gedung kedutaan di Denmark dan Norwegia tepatnya
di Damaskus dan Beirut, dan penyerbuan oleh orang-orang bersenjata di sebuah
gedung Uni Eropa di kota Gaza, hal tersebut dilakukan untuk permintaan maaf
Norwegia dan Denmark terhadap umat islam.
Aksi
selanjutnya yang dilakukan oleh Negara mayoritas muslim adalah meminta
pertemuan dengan perdana menteri Denmark, Anders Fogh Rasmussen untuk membahas
publikasi yang terjadi padaa saat ini. Perdana menteri Denmark menganggap pers
tidak mempengaruhi apapun dan lebih memilih untuk tidak meminta maaf kepada
yang bersangkutan, melainkan berpidato membicarakan tentang pembicaraan yang
tidak ada sangkut pautnya dengan permasalahan yang sedang dirundingkan.
Tokoh
politik dan agama Arab Saudi menuntut boikot produk Denmark pada tanggal 20
Januari 2006. Perusahaan Arla dengan tanggapnya memberitakan dalam surat kabar
milik Denmark (Jullands-Posten) yang isinya menyinggung rasa takut karena
kemarahan dalam satu lembar penuh surat kabar. Arla tidak membantu sama sekali
dalam usaha penanganan permasalahan perusahaannya dan tindakan tersebutpun
diakui oleh perusahaan Arla tersebut.
Pada
tanggal 27 Januari, telah diadakannya Konfederasi Industri Denmark menyuruh
Jyllands-Posten untuk mencetak lembar meminta maaf kepada pihak yang
bersangkutan tentang permsalahan gambar, lalu mereka baru menerbitkan kerjanya
pada tanggal 31 Januri. Akan tetapi terjadi perselisishan dua kubu karena
pemerintahan Denmark yang tidak dapat meminta maaf atas nama Koran Denmark, hal
ini diperkirakaan untuk jadi pencitraan pada pemerintahan Denmark saja, dengan
cara yang seperti ini tampak jelas bahwa pemerintah tidak bertanggungjawab dan
berkuasa penuh mengenai rakyatnya.
Perusahaan
Arla mengatakan produknya di boikot total dibagian Timur Tengah, semua
pelanggan serentak membatalkan pesanan mereka. Dengan jumlah awal sebanyak 800
pekerja di Riyadh 100 pekerja. Denmark kehilangan export 16 miliar yang
termasuk dalam jumlah yang cukup besar, Menurut Chief Arla Finn Hansen, bisnis
di Timur Tengah mereka bangun sekitar 40
tahun, dan menghilang dalam 5 hari, Pada bulan Maret perusahaan Arla
memperkirakan akibat boikot akan mencapai US$ 64 juta. Arla juga menegaskan
bahwa tentang komitmennya, dimana pihak perusahaan dipercayai bahwa masa depan
Arla berada di Negara Timur Tengah, dengan segera Arla memulai pemasaran ulang
produk di Timur tengah dengan memenuhi surat kabar Arab melalaui iklan.
Di
bulan April, produk Arla mulai dimasukkan kembali dan dipasarkan di berbagai
took di daerah Timur Tengah. Hal ini dilakukan Arla dengan cara memberi produk
dengan disertai perencanaan mengenai kegiatan sponsor kemanusiaan di wilayah
Timur Tengah. Perusahaan akan melihat pencabutan boikot Timur Tengah melalui
penghapusan produk.
Sesuatu
yang dapat dipelajari dalam hal ini adalah bahwa pemboikotan produk perusahaan
didalam sebuah negeri dapat memberikan dampak yang besar bagi Negara. Begitupun
dengan pemasaran produk – produk di Negara muslim yang cukup signifikan dapat
menentukan perekonomian suatu Negara, seperti Denmark.
Jika
dianalisis dengan Perencanaan Isu (Issu
plan) atau manajemen isu, menurut Kriyantono (2012, h. 182) Langkah terbaik
mengatasi krisis adalah membuat sebuah rencana antisipasi krisis. Bahwa
perusahaan Arla harus selalau memonitoring isu agar jika terdapat isu
perusahaan maka dapat ditangani dengan cepat serta agar tidak memicu amarah
publik yang meluas.
Menurut
Kriyantono (2012, h. 174) menjelaskan bahwa krisis mempunyai beberapa
karakteristik. Karakteristik tersebut dapat dijadikan alat untuk membedakan
antara krisis dengan isu. Jika dikaitkan dengan permasalahan-permasalahan
perusahaan Arla dapat dikategorika dalam sebuah karakteristik krisis.
1.
Peristiwa
yang spesifik (spesifik event)
Krisi yang menerpa perusahaan Arla
terdapat pada produknya, sehingga melebar luas samapai ke permaslahan pemecatan
(PHK) terhadap para karyawannya.
2.
Krisis
bersifat tidak diharapkan dan dapat
terjadi setiap saat
Setiap
perusahaan selalu memiliki potensi terjadinya krisis, yaitu krisis yang dapat
mengancam publiknya, memang Arla pada saat itu tidak dapat menghindari
krisisnya, karena krisis yang dialami Arla merupakan gangguan pada lingkungan
social budaya dari bagian aktivitas perusahaan.
3.
Menimbulkan
kepanikan
Perushaan Arla panic ketika tidak ada
satupun yang mau menerima produk dari mereka dan Arla mengalami kerugian yang sangat
drastis, karena hal tersebut pemboikotan terjadi dari public kepada perusahaan.
4.
Menimbulkan
dampak bagi operasional organisasi
Pemerintah juga ikut serta dalam
menangani permasalahan Arla, sehingga perusahaan tidak lagi produktif dan
menimbulkan PHK kepada para karyawannya. Dampak yang ditimbulkan yaitu
perusahaan mengalami penurunan profit karena tidak lakunya barang produk mereka
dinegara islam yang menjadi target pemasaran utama.
5.
Berpotensi
menimbulkan konflik
Media massa sangat berperan penting dalam
pembentukkan opini public sehinngga media massa dapat mendominasi atau
mengkonstruksi pemikiran masyarakat. Hal ini membuat Krisis perusahaan Arla
menimbulkan pro dan kontra terhadap public, dimana pemberitaan dianggap rasis
dan menghina umat islam.
Analisis
selanjutnya adalah analisis Tahapan Krisis. Secara umum krisis berkembang
melalui tiga tahap (Coombs, 2010; Devlin, 2007; Smudde, 2001). Krisis yang di
alami perusahaan Arla memiliki tiga tahap krisis tersebut, antara lain :
·
Pra-krisis (pre-krisis)
Pra-krisis terjadi ketia media massa
mengeluarkan cetakan produk Arla dengan menggambar nabi Muhammad, dan juga hal
tersebut memunculkan Pemberontakan umat islam se-dunia yang dikarenakan
penghujatan rasis dan telah menghina umat islam didaerah Timur Tengah melalui
sasaran produknya.
·
Krisis (acute crisis)
Produk Arla didaerah Timur Tengah
mengalami pemorosotan perushaan yang mengakibatkan PHK kepada karyawan, serta
boikot produk perusahaan Arla di Timur Tengah mempengaruhi keadaan ekonomi di
Denmark.
·
Pascakrisis
Pihak perusahaan menerangkan bahwa masa
depan perusahaan berada di kawasan Timur Tengah, karena jika target segmentasi
bukan didaerah Timur Tengah, Arla akan hancur dan juga perekonomian Negara ikut
terpuruk, karena hal tersebut Perdana menteri Denmark mengajukan permintaan
maafnya dan juga mengenai tidak bertanggungjawab atas pemberitaan Koran
Denmark, karena terdapat campur tangan pemerintah didalamnya.
Oleh
karena itu, kesimpulan yang dapat kita pelajari, yaitu kejadian boikot Arla
bukan atas prakarsa pemerintah, tetapi seperti warga sendiri yang aktif
melakukan pemboikotan, dan itu bukan hal yang asing dibenak kita, karena
pembelian produk dinegara sendiri merupakan hak konsumen tersendiri. Menurut
pendapat saya apa yang sudah dilakukan oleh Koran Denmark merupakan hal yang
cukup untuk menghina umat islam, karena dengan adanya kasus gambar nabi
Muhammad dalam keadaan terhina, serta dengan angkuhnya mereka tidak mau meminta
maaf serta perlahan menghindari kebebasan media. Boikot merupakan salah satu
cara penyerangan untuk menggertakan masyarkat yang bertindak melecehkan umat
islam.
DAFTAR PUSTAKA
Kriyantono,
Rachmat. (2012). Public Relation &
Crisis Management: Pendekatan Critical Public Relations, Etnografi kritis, dan
Kualitatif, Jakarta: Prenada Media Group
Tidak ada komentar:
Posting Komentar