Seoul: Amerika Serikat langsung memperkuat pertahanan
peluru kendalinya di wilayah Pasifik dan mengirim interseptor darat ke
Guam, setelah sikap Korea Utara mengancam dengan serangan nuklir, Kamis
(4/4).
Sekretaris Pertahanan Amerika Serikat Chuck Hagel mengatakan, ancaman
dari Pyongyang yang terus bereskalasi ditambah kemampuan militer mereka
memunculkan "bahaya yang nyata" untuk AS dan sekutu mereka, Korea
Selatan dan Jepang.
"Mereka memiliki kapasitas nuklir sekarang, mereka mampu mengirim rudal," kata Hagel, Rabu kemarin.
"Kita tanggapi ancaman itu secara serius, kami harus siap menghadapi ancaman itu," ujarnya lagi.
Pentagon menyatakan akan mengirim perisai rudal THAAD untuk meindungi
basis militer di Guam, sebuah wilayah yang dikuasai Amerika Serikat
berjarak 3.380 kilometer di wilayah Tenggara Korea Utara dan memiliki
enam ribu personel militer, kapal selam dan peledak bom.
AS melengkapi dua Aegis anti rudal yang sudah disiapkan di wilayah itu.
Setelah peringatan THAAD, militer Korea Utara telah menyetujui untuk
aksi militer melawan Amerika Serikat, termasuk juga mengeluarkan senjata
nuklir.
"Momentum peledakan itu semakin mendekati," kata seorang staf tentara
Korea, menanggapi "tindakan provokatif" AS yang menggunakan pesawat
siluman B-52 dan B-2 dalam "latihan" bersama dengan Korea Selatan.
Agresi Amerika Serikat akan "dihancurkan oleh serangan mutakhir yang
lebih kecil dan serangan nuklir yang bermacam-macam," kata staf tentara
itu.
Korea utara telah membuktikan ancamannya, Kamis, setelah rudal
berkekuatan menengah disiapkan untuk menyasar target di Korea Selatan
dan Jepang di pantai timur.
"Kami terus mengawasi apakah Korut akan benar-benar menyerang dengan
rudal itu atau hanya sebuah gertakan kepada Amerika," kata sumber
pemerintah Korea Selatan seperti dikutip kantor berita Yonhap.
Tembakan rudal yang dinilai sangat provokatif ke wilayah laut Jepang
merupakan skenario yang disebut pengamat, menjadi jalan Korut untuk
keluar dari kriss dengan memamerkan kekuatan senjata.
Profesor di Akademi Diplomatik Nasional Korea di Seoul, Yun Duk-Min,
mengatakan, ancaman nuklir terkini serupa dengan isu yang dihembuskan
sebulan yang lalu, namun kali ini ditambah dengan persetujuan yang
terlihat secara resmi dinyatakan Pemimpin Korut Kim Jong UN.
"Masalahnya apakah Kim yang masih muda dan minim pengalaman mengetahui benar bagaimana menangani eskalasi ini," kata Yun.
"Dimana masalah ini akan berakhir? Itu adalah pertanyaan yang selalu mengusik," ujarnya.
Korut memblokade akses ke wilayah industri Kaesong yang merupakan
wilayah gabungan dengan Korsel, Kamis waktu setempat (Rabu WIB), dan
masih berjalan hingga hari kedua. Korut juga mengancam menarik sektar 53
ribu pekerjanya sebagai
reaksi atas adanya militer Korsel disana yang ingin melindungi pekerja mereka
Pyongyang menyatakan kepada Seoul, Rabu, aktivitas industri di Kaesong
telah berhenti. Bentuk komunikasi itu menggambarkan koordinasi
"terakhir" antara kedua negara. "Penutupan kompleks industri itu kini
menjadi kenyataan," kata juru
bicara Komite Kedamaian dan Reunfikasi Korea (CPRK).
Korut mengatakan lebih dari 800 warga Korsel berada di Kaesong, yang
berjarak 10 kilometer dari batas dengan Korut, dapat segera pergi, namun
banyak yang memilih tetap tinggal.
Korea Utara mengancam "pre-emptive" serangan nuklir terhadap Amerika
pada awal Maret, dan pekan lalu komando militer tertinggi menyiapkan
unit roket dengan status perang.
Banyak pengamat berpendapat, pemasangan sasaran nuklir belum dapat dilakukan untuk mendukung penyerangan wilayah AS itu.
Tensi semakin meninggi di Semenanjung Korea, sejak Desember, ketika
Korut mengirim roket besar. Pada Februari, ancaman kembali meningkat
dengan tes nuklir ketiga.
Sanksi PBB dan latihan militer gabungan Korea Selatan-AS memicu
ketegangan di Pyongyang, mulai dari serangan artileri dan juga
pertempuran nuklir.
Eskalasi yang terus meningkat telah menyita perhatian dunia. China dan
Rusia kembali meminta semua pihak mengendalikan diri. Sekjen PBB Ban
Ki-Moon menyebut situasi itu sudah terlalu jauh dan dikahwatirkan
membuat efek yang lebih besar lagi.
Pekan ini, Korut kembali mengancam dengan membuka reaktor nuklir
Yongbyon, sumber senjata plutonium. Reaktor itu ditutup pada Juli 2007
di bawah kesepakatan enam negara mengenai pelucutan senjata.
Institut AS-Korea pada John Hopkins University, Rabu, mengatakan kamera
satelit pada 27 Maret memperlihatkan konstruksi kerja dari reaktor
tersebut telah berlangsung.(Antara)
Source : Metrotvnews.com